08 Agustus 2018

Visi

Menjadi laboratorium yang unggul dalam menciptakan berbagai perangkat sistem tertanam ditingkat nasional dalam menunjang pendidikan dan kehidupan bermasyarakat

 

Misi

1. Kaderisasi asisten laboratorium menjadi sumber daya manusia yang terampi

2. Ikut serta dalam lomba ditingkat nasional dibidang sistem tertanam

3. Melakukan penlitian untuk menjawab permasalahan dimasyarakat dalam bidang sistem tertanam

 

Tujuan

1. Sebagai wadah pembelajaran dan melakukan penelitian dibidang sistem tertana

2. Mendidik praktikan agar mampu menjadi individu yang bertanggung jawab dan berkualitas di bidang sistem tertanam

08 Agustus 2018

Bicara soal robot yang dibekali dengan kecerdasan buatan, tentu ada sedikit ketakutan kita bagaimana AI memiliki potensi untuk menyebabkan robot di masa mendatang melakukan pemberontakan. Mungkin ini terlihat seperti di film, namun dalam beberapa kasus kecerdasan buatan dapat mengalahkan kita dalam game, yang pada dasarnya dibuat dengan AI.

Sementara tidak ada yang bisa memprediksi apa yang akan terjadi di masa depan, hal terbaik adalah mencegah daripada mengobati, dan itulah yang coba dilakukan oleh Google dan OpenAI. Seperti yang dilaporkan Engadget, kedua perusahaan ini telah merilis sebuah artikel penelitian, dimana mereka telah mengemukakan metode pembelajaran mesin baru yang memerlukan isyarat dari manusia, sebagai lawan untuk membiarkan mereka berpikir sendiri yang terkadang dapat menimbulkan konsekuensi yang tidak diinginkan. Misalnya artikel tersebut menguraikan bagaimana salah satu masalah utama yang terlibat dalam AI adalah ketika mengetahui bahwa kecurangan terkadang bisa menjadi cara yang paling efisien untuk mencapai reward maksimum, itulah yang terjadi ketika OpenAI mencoba membuat AI bermain game, di mana AI ditipu dengan mencetak poin dengan berkeliling di seputar lawan untuk menyelesaikan permainan. Jadi dengan menggunakan isyarat reward dari manusia, berlawanan dengan sistem reward otomatis selama tujuan tercapai, masa depan AI akhirnya bisa sampai pada titik di mana ia dapat berperilaku dengan cara yang sesuai dengan tujuan sambil memuaskan preferensi kita sebagai manusia. Namun ada kelemahan dari metode ini, yakni bahwa hal itu memerlukan banyak feedback dari manusia yang mungkin belum ideal atau efisien.

 

08 Agustus 2018

AMD akhir-akhir ini memang menunjukkan taringnya di hadapan Intel, sang kompetitor utama di dunia prosesor. Melalui produk-produk dahsyat namun harga yang lebih terjangkau AMD kembali lagi membuat kejutan dengan mengumumkan prosesor generasi kedua dari Threadripper yang memiliki 32 core dan 64 thread yang dibuat dengan proses produksi 12nm yang berarti memberikan jumlah core dua kali lipat lebih banyak dibanding Threadripper generasi pertama dengan 16 core namun masih menggunakan arsitektur Zen+ yang sama.

Prosesor terbaru ini akan hadir dalam 2 varian CPU dengan 24 core/28 thread serta 32 core/64 thread. Walau belum jelas berapa tepat clock dari prosesor ini, namun AMD Threadripper kemungkinan akan memiliki frekuensi dasar 3Ghz sampai 3.4 Ghz dalam mode boost atau turbo.

Belum jelas berapa harga Amd Threadripper 2, namun seharusnya akan tetap lebih murah dibanding prosesor sekelas dari pesaingnya Intel. Perlu diketahui bahwa Amd Threadripper 1950X termahal dibanderol dengan harga 1000 USD sedangkan prosesor saingannya dari Intel dengan 18 core yaitu Core i9-7980XE memiliki harga 2000 USD. Dengan jumlah core sebanyak itu, CPU dengan AMD Thread ripper 2 akan memerlukan daya 250 watt yang berarti lebih besar dibanding Threadripper generasi pertama dengan kebutuhan daya 180 watt sehingga diperlukan motherboard baru dengan dukungan chipset X399 dan jenis socket TR4 yang sama . Rencananya prosesor terbaru AMD ini akan hadir di kuarter ketiga tahun 2018 ini, jadi bagi Anda penggila hardware yang canggih, siap-siap saja mengganti prosesor Anda yah.