08 Agustus 2018

Mungkin memang kita terlanjur familiar dengan Drone Quad-Copter atau Drone dengan empat propeller. Setelah itu, muncul Drone lain yang juga memiliki kombinasi propeller lebih banyak, hexa-copter, octa-copter, bahkan deca-copter. Setelah tentu saja, Helikopter yang memiliki dua baling-baling.

Ya, Drone dengan satu propeller ini memang memiliki bentuk yang aneh. Tetapi desain dari Drone yang dikembangkan oleh ETH Zurich ini ternyata memiliki dasar hukum fisika yang membuatnya seimbang ketika kita terbangkan. Dengan cara melemparnya layaknya bumerang. Memang dalam dunia nyata, Drone seperti ini tidak memiliki kegunaan praktis. Tetapi untuk pembelajaran dan main-main, tentu saja menyenangkan membayangkan sebuah senjata bumerang yang bisa berbalik dengan bentuk seperti ini. Apalagi, kita bisa mengarahkan gerakan ke kanan-kirinya dengan tangan kosong. Mirip sekali seperti di film-film robot pahlawan masa depan. . 


08 Agustus 2018

Bila kamu merupakan anak tahun 90-an, selalu menang dalam game arcade paling populer berjudul Pac-Man pasti sudah dianggap “Dewa”. Bahkan hingga saat ini, rekor Billy Mitchel dalam permainan ini pun masih menjadil legenda, bahkan masih tak tergantikan di dunia internet seperti Wikipedia dan Blog Pac-man. Sayangnya, mungkin mulai saat ini, Artificial Intelligence (AI) yang akan mengambil alih! Sebab AI buatan Microsoft ini membuktikan bahwa presisi prediksi dari AI bahkan bisa melebihi manusia. Dengan kemampuan memantau aspek permainan, mengkalkulasi pergerakan empat hantu musuh, memposisikan gerakan Pac-Man, bahkan mengambil buah bonus.

 

Berikut ini merupakan video asli dari AI Microsoft bernama Maluuba untuk mendominasi permainan “jadul” ini:

 

Memang kegunaan AI di sini digambarkan dalam bentuk penyelesaian Game. Bahkan dengan skor maksimal tertinggi! Alhasil, barangkali Microsoft sedang ingin “show-off” dalam penggunaan AI yang rumit dan sensitif. Ke depan, bukan tak mungkin Maluuba (atau bila berkembang dengan nama lain) memiliki kegunaan yang tidak hanya untuk permainan, tetapi untuk berguna bagi orang banyak.



07 Agustus 2018

TOKYO (AP) — A facial recognition system will be used across an Olympics for the first time as Tokyo organizers work to keep security tight and efficient at dozens of venues during the 2020 Games.

The NeoFace technology developed by NEC Corp. will be customized to monitor every accredited person — including athletes, officials, staff and media — at more than 40 venues, games villages and media centers, Olympic and company officials said Tuesday.

Local organizers said Tokyo will be the first Olympic host to introduce the face recognition technology at all venues. The system is expected to effectively eliminate entry with forged IDs, reduce congestion at accredited waiting lines and reduce athletes' stress under hot weather.

Tsuyoshi Iwashita, Tokyo 2020 executive director of security, said venues that are spread within and outside of the capital would be a big burden in achieving high levels of security.

 
 

"By introducing the face recognition system, we hope to achieve high levels of safety, efficiency and smooth operation at security check points before entry," he said, adding that the system would contribute to less stressful environment for athletes.

Iwashita said a test last year showed gate checks using the facial recognition was more than twice the pace of the conventional system using X-ray with visual siting by security guards.

The facial images of every accredited person for the Olympics and Paralympics will be collected after the approval process and stored in a database to be used to verify identities at accreditation check points.

 

NEC says its biometric identification technology is used at airports and elsewhere in 70 countries, including Japan.